Posts

Closure Alat Negosiasi Iblis

 Ada bangku yang kosong, ada ruangan yang gelap karena orangnya sudah tidak disana, ada obrolan yang tidak terbalas. Aku masih kangen. Aku masih kangen. Aku masih kangen. Berikut adalah hal-hal yang menjadi urusan dengan diriku sendiri dan isi kepalaku. Sedang dengan manusianya, memang sudah harus selesai. Sakit. Dan yang lebih sakit ketika manusia yang ku tuliskan, sudah menulis dengan orang lain.  Banyak sekali hal-hal yang ingin aku negosiasikan, aku usahakan, aku obrolkan, aku tawarkan. Namun ia tetap begitu. Tunggang langgang tak berperasaan seperti tak ada urusan. Memang manusia itu dinamis, tidak pernah sama dan selalu berubah. Lalu satu-satunya manusia yang tidak pernah meninggalkan kita ya diri sendiri yang sering kali terlupa harus bahagia terlebih dahulu.  Berkali-kali aku berkaca menanyakan pada apa yang aku lihat disana, "kurangku dimana?". Lalu pada bagian patahku yang ini menjadi patah paling banyak. Ketika sudah berhati-hati, sudah sepenuh hati, sudah ku doaka

Samsara

Sampai kapan aku menelusuri kamu yang bisu dan tak tentu arah. Serupa apa aku dalam pandangmu? Betapa hina aku sampai kisah ini terlanjur begini. Sampai nanti pada waktunya akan ku kubur dalam kelam, saat sinar kita mulai sirna. Terlanjur merasa terluka.  Kelak jika kamu temukan tulisan ini percayalah, aku mencintaimu.  Pada obrolan kita yang pertama kali, aku sudah tau kamu menyembunyikan sesuatu di balik tenangnya suaramu. Pada dua binar matamu, aku tau mereka menangis sebelum pejamnya. Pada bibirmu yang pandai mengulum, aku tau mereka selalu kamu paksa untuk tersenyum. Aku merasakan lara yang dipeluk erat oleh sunyi. Berkali-kali kamu dihancurkan realita yang di pundakmu harapan bertumpu.  Tulisan ini terjeda tak ku lanjutkan. Hingga beberapa waktu kemudian aku melanjutkan tulisan ini dalam keadaan aku yang sudah tidak bersama denganmu. Hal yang sudah ku duga namun aku tetap sakit dan menangis sedikit. Terlalu banyak yang ku doakan, terlalu banyak ku dikecewakan. Belum lagi manusia

Redup

Di sudut kota yang tidak terlalu hingar. Ada manusia yang menelaah pikirnya dengan sukar Tubuhnya terselip di balik belukar  Nyala yang padam Terlalu lama tenggelam Tuju yang memburam  Ada satu bagian yang tidak boleh terlihat oleh siapapun Bekas sayat putus asa usaha akhiri hayat Dalam dunianya yang hingar  Ada kepala yang pengar  Dalam sepi sekeliling  Ada suara yang tak pernah berpaling 

PTSD

Aku menangis di jalan pulang  Perjalanan yang terasa panjang  Bodoh dan sayang  Semua selalu terulang Kau bawakan arti tenang  Kau hancurkan yang terkenang  Kau berikan perayaan  Kau sendiri yang hancurkan  Sudah tau  Sudah pernah  Sudah terlanjur  Aku hancur Ada seseorang di atasku Sedang bertaruh  Aku mulai luluh  Dan duniaku runtuh Begitu sampai akhirnya ia pergi  Begitu sampai akhirnya aku tak kembali  Sampai jumpa di neraka 

Lakuna

Bagaimana tanda kalau ia benar-benar mencintai  Memantau ramalam zodiak tiap hari Kumpulkan fakta, mulai cocokologi Begitu terus sampai dapat validasi Yang buruk tak terlihat mata Yang fana terlalu dirasa Yang baik tak tereja Yang sakit dirasa tanpa jeda Menghilangkan yang ada Menghadirkan yang fana  Realita yang delusional Semua ini mulai irasional Sampaikan yang getir  Katakan dengan satir  Berpura-pura menjadi mahir Mulai pertanyakan kenapa lahir

Proses

Kamu adalah hikmah yang tak pernah ku pelajari. Darimu aku tau bagaimana rupa tersakiti dengan cara yang baru.  Bertemu, menyakiti dan ulangi. Rute yang sama ulangi lagi dengan sopir yang berbeda. Dalam kehidupan yang singgah dan pergi, bisa-bisanya aku mengijinkan untuk disakiti berkali-kali.  Semenjak ada manusia berbentuk kamu, semua kata "mu" itu jadi milikmu.  Ketika ada perasaan lancang yang menganggap kamu milikku,  Disitu awal mula aku menggali kuburanku sendiri Selamanya kita tak pernah benar-benar saling memiliki  Ada yang lebih pantas untuk disebut pemilikmu, pemilikku, pemilik kita Pemilik alam semesta.  Maka, sebaiknya kamu takut aku diambil oleh yang memiliki hidupku terlebih dahulu ketimbang aku diambil oleh manusia lain.

Algea

Adakah alasan yang pantas untuk merayakan hari ini? kala dari bangun tidur sampai petang tak banyak yang dilakukan Buka revisi, kerjakan, menangis ulangi lagi Bisakah lima menit saja ku ambil alih dunia? Kapan kah tiba di masa dapat ku curi ruang dan waktu Kapan kah badai ini berlalu  Bisakah ku rayakan dunia? kembalikan hal yang buatku bahagia Setelah jauh melangkah Masihkah terlambat? Pelan tetap melangkah Sambil sebat Agar ada bara yang tersisa. Semua yang dilakukan hanya merusak diri Apakah hidup ini cukup berarti?